I was Having A Mental Breakdown

Apakah aku menderita bipolar?

Am I not good enough to be somebody’s friend? Am I too difficult to understand? Or are they not able to adjust themselves with my personality?

I’m not the type of someone who easily brings up drama on social media. At least it’s reducing. But here I am, having a moderately severe mental breakdown.

A few weeks ago I was told by one of my friends that I have been badmouthed by my (former) friends behind my back. Aku tak mengerti apa aku pernah berbuat salah kepada mereka selama aku masih berada di dalam lingkaran mereka sehingga namaku pun menjadi buruk di matanya. Sedikit demi sedikit aku dijauhi dan mereka tertawa-tawa saat aku melintas. Aku sebenarnya tak mau membawa-bawa kebaikan yang dulu pernah kuberikan. Tapi kalau tahu seperti ini, siapa yang tidak terguncang? Bahkan karya seniku pun dibawa-bawa dan dijelek-jelekkan. Asshole please, it has nothing to do with my personality.

For years,  I’ve been suffering from a social anxiety disorder. It causes me to tremble and have excessive sweats whenever I’m confronted with new people. The fear of not being good enough to be someone’s friend never leaves me alone. Instead, my weird behaviour unexpectedly shows off. When I thought I already had a good friendship with someone, the thing above occurred. “The forgotten one” may be the best title for me to bear because I will never be good enough to be in their circle.

Marah, kecewa, sedih, kesal semua bercampur jadi satu selama beberapa hari setelah aku mengetahui hal itu. Aku mencoba introspeksi diri mungkin ini adalah karma dari Tuhan karena aku tentunya pernah berbuat seperti ini juga. Aku ditenangkan oleh teman-temanku yang lain yang bahkan merasakan hal yang aneh pada mereka. Sampai akhirnya aku bisa benar-benar tenang dan melupakan itu semua. Tapi beberapa hari lalu psikisku drop lagi dan semakin tak stabil. Pikiranku lagi-lagi dipenuhi hal-hal seperti itu sampai kondisi badanku tidak fit. Aku mengeluh sedikit pada rekan kerjaku bahwa aku kebanyakan pikiran, dan ia hanya menyarankan satu kata.

Sholat~

Ya, berdoa dan mengaji memang selalu membantuku menyetabilkan emosi. Bahkan penyakit kekhawatiranku yang sangat berlebihan dan aneh pun bisa sembuh karena terus berdoa. I should be more grateful that I’m capable of overcoming my fear by talking to my Lord. Other victims might require long and difficult therapy for this. Kenapa aku memilih bersabar dan berdoa? Karena membicarakannya dengan orang lain mungkin akan memperparah guncangan pikiranku. Bahkan dengan seorang psikolog sekali pun.

Satu hari pikiran terguncang, satu hari kemudian tenang seperti tak ada apa-apa. Terus menerus seperti itu. Dalam pikiranku aku seperti terus beradu argumen dengan pikiranku yang lain. Apakah aku mempunyai dua kepribadian? Kucoba dengan menjawab bipolar test. Hasilnya, aku mengalami gejala Spectrum Bipolar Disorder. Namun setelah kutanyakan pada temanku lulusan ilmu psikologi, mungkin gejala itu masih sangat rendah. Dan dia menyarankan agar aku tidak sering berbicara pada seseorang yang tidak nyata. Karena efek jangka panjangnya akan sangat buruk terutama pada karir nantinya.

And I’m so familiar with these clauses delivered by people around me:

“Udah lah nggak usah dimasukin hati.”

“Biasa aja lah mereka cuma bercanda.”

“Kamu nggak usah berlebihan gitu lah. Gitu tuh udah biasa.”

Psychological diseases are very common around society. It’s easy to overcome if your friends completely comprehend how to deal with you and help you. The thing is, they tend to ignore and just casually tell you to get over with it.

I’m writing this to make awareness for my friends, my so beloved best friends, that all you have to do is just to listen to understand someone’s problem. Do not attempt to deliver your unwanted suggestions if he or she doesn’t ask for it. These psychological disorders are present in your closest circle before you know it. And being understanding is one small helpful key to save your friend.

 

Published by lalathorpe39

Bachelor of linguistics who is awarded with Cum Laude predicate from writing a thesis based on her silly obsession over footballers. See? Being a fangirl could be so beneficial in college! XD

Leave a comment